Oleh: Qishty Arifah, S.Pd.
Keterbatasan aktivitas, keterbatasan bersosialisasi, rasa waswas, perubahan berbagai rencana, hingga menurunnya perekonomian. Belum lagi meningkatnya to do list para orang tua yang memiliki buah hati bersekolah, karena aktivitas pendidikan ananda yang biasa dilakukan di sekolah terpaksa dialihkan ke rumah. Ada juga sebagian orang yang harus kehilangan orang yang dicintai karena dipanggil oleh Allah SWT melalui jalan covid-19. Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun. Itu mungkin hanya sebagian “dampak negatif” yang kita hadapi beberapa bulan terakhir ini, semenjak covid-19 turut mencengkram Indonesia. Bukan hal mudah memang menjalani masa ini, bagi siapapun, di manapun, apapun profesinya, tidak akan ada habisnya kalau kita sebutkan satu per satu.
Kabar baiknya, mari kita ingat bahwa segala persoalan bukan hanya berdampak negatif, tetapi juga positif. Hendaknya kita fokus pada dua hal, yaitu; 1) menyikapi dampak negatif dengan tepat dan sabar. 2) fokus menggali dan mensyukuri dampak positif. Dengan demikian, kita sungguh mengamalkan suatu hadits Rasulullah SAW: “Sungguh menakjubkan urusan seorang Mukmin. Sungguh semua urusannya adalah baik, dan yang demikian itu tidak dimiliki oleh siapa pun kecuali oleh orang Mukmin, yaitu jika ia mendapatkan kegembiraan ia bersyukur dan itu suatu kebaikan baginya. Dan jika ia mendapat kesusahan, ia bersabar dan itu pun suatu kebaikan baginya. (H.R. Muslim)
Menyikapi Dampak Negatif dengan Tepat dan Sabar
Dari pada mengutuk kegelapan, lebih baik ambil lilin dan nyalakan. (Steven Covey)
Berfokus dan membesar-besarkan masalah hanya akan membuat panik, sedih, bahkan menimbulkan masalah baru. Maka hendaknya kita berfokus pada pencarian solusi. Namun, tentu kita harus ingat, bahwa solusi itu haruslah tepat. Karena solusi yang tidak tepat hanya akan menimbulkan masalah baru. Misal, mengatasi masalah terlalu banyaknya waktu kosong anak di rumah dengan memberinya gadget. Apakah masalah terselesaikan? Sekilas memang terselesaikan. Namun ada masalah baru seperti kecanduan gadget, malas belajar, malas beribadah, ancaman (maaf) pornografi yang diselipkan dalam game-game online, dan sebagainya. Semua itu masalah baru yang mungkin muncul hanya karena solusi yang tidak tepat.
Lantas, bagaimana caranya agar mendapat solusi yang tepat? Ketepatan itu bisa diraih dengan ilmu dan petunjuk Allah SWT. Pernah lihat api pada wajan berisi minyak yang terbakar? Kebanyakan orang spontan berusaha memadamkannya dengan menyiramkan air. Tak disangka, api malah semakin membesar. Sedangkan orang yang paham ilmunya, akan segera menutup wajan terbakar itu dengan kain basah, dan seketika api pun padam. Ya! Carilah solusi dengan ilmu, yaitu dengan membaca buku, berkonsultasi, mendengarkan nasihat ahlinya, dsb. Jangan lupa juga minta petunjuk Allah SWT agar diilhami solusi yang tepat.
Tidak ada masalah dengan masalah. Yang menjadi masalah adalah cara kita yang salah dalam menghadapi masalah. (K.H. Abdullah Gymnastiar)
Fokus Menggali dan Mensyukuri Dampak Positif
Bahwa di balik hujan, ada sumur-sumur kering terisi kembali, ada tanah yang terlepas dari kekeringan. Bahwa di balik terik sinar mentari, ada daun yang berhasil berfotosintesis, juga ada senyum ibu yang bersyukur melihat jemurannya kering. Bahwa di balik gunung meletus, ada abu-abu vulkanik yang bisa menyuburkan tanah yang ditimpanya. Bahwa di balik banjir, ada pelajaran akan pentingnya menjaga lingkungan, juga ada solidaritas kemanusiaan yang kembali terpupuk dengan adanya bantuan dari saurada-saudara lainnya. Ya, mari fokus mensyukuri semua hikmah dan hal positif di balik semua peristiwa.
Bahwa di balik covid-19, ada pelajaran akan pentingnya memilah dan memilih makanan, menjaga kebersihan, dan menjaga kesehatan. Bahwa di balik adanya warga yang positif, ada pelajaran akan pentingnya saling menguatkan, saling membantu, dan bekerja sama. Bahwa di balik bekerja dari rumah, ada kebersamaan dan kehangatan keluarga yang kembali terajut. Bahwa di balik pembelajaran online, ada banyak ilmu baru mengenai IT yang kita pahami. Bahwa dibalik ekonomi yang menurun, ada hati penuh harap kembali bermunajat di sepertiga malam yang lama terlewatkan. Bahwa di balik bergugurannya pasien covid-19, ada sebaik-baik nasehat bagi manusia, yaitu kematian.
Jika Kondisi Tak Kunjung Membaik
Jika kondisi tak kunjung membaik, mari ingat kembali, resapi kembali dalam-dalam bahwa Allah SWT dalam surah Al-Insyirah mengabarkan kepada kita bahwa inna ma’al ‘usri yusraa “sungguh, bersama kesulitan ada kemudahan.” Sungguh kalimat ini merupakan kalimat cinta dari Rabb Penguasa Semesta Alam kepada hamba-Nya yang beriman. Hamba-Nya yang sempat tenggelam dalam lautan duka, namun kembali ingat bahwa Rabb-Nya adalah As-Shamad (tempat bergantung/ meminta), Al-Fattah (Maha Pembuka), dan Al-Baasith (Maha Melapangkan Rezeki). Kalimat cinta ini begitu dalam dan semakin dalam, karena difirmankan hingga dua kali dalam dua ayat berturut-turut. Belum lagi kata “inna”, yaitu harfu taukiid yang menegaskan bahwa kabar ini sungguh benar adanya, tidak diragukan lagi. Maka, pantaskah kita sebagai orang yang mengaku beriman, masih tenggelam dalam keluh kesah atas takdir Allah yang menimpa kita, dan meragukan kemudahan yang Dia janjikan? Wallahu a’lam bisshawab.